Kemampuannya dalam mengolah kata-kata menjadi tulisan-tulisan indah, membuat karya Shakespeare menjadi karya yang sangat ditunggu. Terlebih setelah kisah Romeo dan Juliet meledak dan hampir selalu menjadi pilihan cerita dalam berbagai pementasan.
Awal 1590-an, Shakepseare pun sudah dikenal sebagai penulis besar dan aktor sandiwara di London. Dan hal itu benar-benar mengubah kehidupannya menjadi sosok yang kaya raya. Sebab dia bisa mendapat penghasilan dari tiap kali penampilannya dalam membawakan cerita buatannya.
Di tengah kesuksesannya itu, Shakespeare menikah dengan Anne Hathaway, yang usianya delapan tahun lebih tua darinya, pada 28 November 1582. Tiga orang anakpun terlahir dari rahim sang istri. Yang pertama diberi nama Susanna dan yang kedua kembar diberi nama Hamnet dan Judith.
Suatu ketika tepatnya pada tahun 1596 salah satu anak kembarnya yang bernama Hamnet meninggal dunia. Entah apa penyebabnya, sejauh ini belum ada literatur yang menjelaskan secara detail. Namun kematian sang anak ini diduga menjadi inspirasi terciptanya salah satu karya besarnya yang juga sangat terkenal, The Tragical History of Hamlet, Prince of Denmark.
Seperti halnya Romeo dan Juliet, Hamlet juga menjadi karya yang banyak disukai masyarakat saat itu. Sehingga lantas sering dipentaskan. Yang tentunya semakin membuat nama Shakespeare bersinar sebagai seorang sastrawan besar.
Memberi Warna
Berkarya selama kurang lebih 25 tahun, telah membawa Shakespeare mengoleksi setidaknya 38 karya besar yang sangat terkenal. Dan karya-karya itupun banyak yang disadur dalam berbagai bahasa di seluruh dunia. Sedangkan topik yang diangkat sangat beragam, mulai roman komik hingga perang saudara, dari permainan domestik hingga kejadian politis yang menggegerkan dunia.
Namun tiga hal yang mendasari seluruh karyanya adalah pertanyaan-pertanyaan: Apa artinya untuk hidup? Bagaimana cara kita hidup? Apa yang harus kita lakukan?
Sandiwara Shakespeare menawarkan pemahaman yang mendalam terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut. Itulah sebabnya mengapa ahli-ahli literatur mempelajari karyanya, politikus-politikus mengutipnya, filsuf-filsuf menemukan cara berpikir yang baru dari membaca dan membaca ulang karyanya.
Mempelajari Shakespeare adalah seperti mempelajari hidup dari berbagai sudut pandang: psikologis, politis, filosofis, sosial, spiritual. Ritme yang digunakannya dalam kata-katanya terefleksi dalam ritme tubuh kita. Memainkan peranan sandiwara Shakespeare di panggung membuat seseorang menyadari, seberapa dalam seseorang harus menarik napas supaya suaranya dapat terdengar sampai ujung ruangan.
Seiring dengan bertambahnya usia, Shakespeare berhenti menulis pada tahun 1611. Dan lima tahun kemudian meninggal dunia, tepatnya pada 23 April 1616. Dia dimakamkan di Stratford upon Avon, Warwickshire. Yang menarik di atas batu nisannya tertulis ‘Bless be the man who cast these stones, and cursed be he that moves my bones’. Yang dalam bahasa Indonesia bisa diartikan Terbekatilah ia yang menaruh batu-batu ini, dan terkutuklah ia yang memindahkan tulang-tulangku. //mur
HALAMAN: