Dalam kesempatan itu, Mbah Prapto banyak menjabarkan terkait aktifitas seninya. Yang disebutnya bukan sebatas sebuah karya seni, tapi juga bagian dari proses spiritual. Yang membuat tiap gerakan tubuhnya mengandung energi, untuk menciptakan kebaikan bagi alam semesta. Dan berikut kutipan wawancaranya.
Selamat siang Mbah Prapto, Bagaimana kabarnya? Kira-kira bisa dijelaskan, ini acara apa?
Selamat siang juga, syukurlah baik-baik saja. Untuk acara ini, saya menyebut Srawung Candi. Yang mana memiliki makna berbaur dengan candi, Sehingga kemudian kita bisa belajar banyak dari candi yang kita lihat. Kita bisa belajar dari relief-reliefnya, susunan batunya dan segala sesuatu yang ada di sekitar candi itu. terutama dari reliefnya, kita akan bisa memetik banyak pelajaran. Karena di dalamnya berisi tentang perjalanan kisah masyarakat jaman dulu.
Tapi yang saya lihat, dari tadi kegiatannya hanya berupa pagelaran seni. Lalu bagaimana belajarnya?
Ya. Justru pertunjukan berbagai seni ini adalah bagian dari proses pembelajaran itu. Di sini kita semua bisa menyaksikan hasil dari proses kreatif masyarakat yang merupakan bagian dari perjalanan hidup manusia. Dan candi pun menjadi salah satu dari proses kreatif itu, yang kemudian dijadikan sebagai symbol perkembangan pola pikir dari masyarakat.
Dengan pertunjukkan seni ini juga, kita akan menarik perhatian orang banyak. Yang kemudian berdatangan untuk belajar bersama, tentang kehidupan dan alam semesta.
Kenapa pelaksanaannya selalu bersamaan dengan tahun baru?
Sebenarnya untuk proses belajar memang tidak harus tahun baru. Dan kegiatan seperti Srawung Candi ini terkadang juga saya lakukan di luar tahun baru. Hanya saja untuk tahun baru, acara ini seolah menjadi kegiatan wajib bagi saya dan para seniman. Sebab tahun baru diyakini sebagai awal dimulainya babak baru dalam kehidupan manusia. Yang di dalamnya perlu diikuti dengan pembekalan spiritual. Agar di tahun yang akan datang senantiasa terhindar dari berbagai masalah.
Lalu kenapa di Candi Sukuh?
Candi Sukuh adalah candi yang sangat unik. Di sini banyak memuat simbol-simbol awal penciptaan kehidupan di dunia ini. Sehingga kemudian kita bisa mempelajarinya sebagai bagian dari proses kehidupan. Dan karena tahun baru menjadi waktu dimulainya sebuah lembaran kehidupan baru. Maka kita meyakini bahwa tahun baru adalah saat yang tepat untuk menanamkan pembelajaran tentang sebuah proses kehidupan.
Memangnya seberapa penting acara seperti ini bagi masyarakat?
Kalau melihat penting dan tidaknya, hal itu memang relative. Tapi setidaknya dengan senantiasa belajar, maka hal itu akan membuat pola pikir kita semakin berkembang. Dan berkembangnya pola pikir akan berpengaruh pada sikap dan perilaku kita dalam kaitan hubungan kemasyarakatan.
Apakah pola pikir masyarakat kita saat ini masih belum berkembang?
Saya tidak mengatakan seratus persen seperti itu. Namun kita semua tentu bisa melihat apa yang terjadi selama ini. Hampir tiap saat terjadi gesekan hanya karena perbedaan-perbedaan sepele. Banyak orang yang sebenarnya memiliki latar belakang pendidikan tinggi, tapi bisa dengan mudah diadu domba atau bahkan mengadu domba, hanya karena memiliki pola pikir yang berbeda dengan orang lain. Dan itu semua terjadi karena mereka tidak memahami inti dari kehidupan ini. Sehingga perlu untuk terus belajar memahami kehidupan ini, agar pola pikir mereka berkembang dan menjadi lebih bijak.
Lalu sejauh mana efektifitas kegiatan yang Anda gelar, bisa membentuk pola pikir yang lebih baik di masyarakat?
Apa yang saya lakukan adalah kegiatan seni. Dan selama ini seni selalu dipahami sebagai bagian dari kehidupan yang indah. Itu artinya bahwa dengan seni, maka kita akan senantiasa menampilkan segala sesuatu yang indah-indah. Hal itu juga sebenarnya yang kita harapkan dalam perjalanan hidup kita di dunia. Kita sangat merindukan adanya proses hidup yang indah, jalinan hubungan yang indah, dan bahkan kehidupan pribadi yang indah juga. Dan seni akan memberi tuntunan yang kuat untuk bisa mewujudkan hal itu. Sebab seni kerap menjadi simbol ideal dari sebuah gambaran kehidupan yang diharapkan setiap orang.
Selama ini Anda dikenal sebagai seniman tari, yang cenderung memiliki aliran berbeda dengan seni tari pada umumnya. Sejak kapan Anda mendalami seni itu, dan kenapa tidak memilih jalur seni tari seperti yang dijalani seniman tari pada umumnya?
Apa yang saya jalani selama ini adalah bagian dari proses spiritual dalam kehidupan saya. Kebiasaan menjalani olah batin baik itu meditasi atau yang lainnya, pada akhirnya cenderung menuntun saya untuk menciptakan gerakan-gerakan yang berbeda dari tarian yang sudah umum. Namun dari sinilah justru saya menemukan adanya energi yang berbeda, yang membuat saya selalu ketagihan untuk terus melakukannya.
Dan tanpa terasa saat ini sudah berjalan lebih dari 50 tahun. Sebab saya mulai belajar menari sejak tahun 60 an. Dari beragam bentuk aliran tari inilah, kemudian saya terpikir untuk menciptakan gerakan-gerakan sendiri, yang merupakan perpaduan dari gerakan tari dan gerakan ilmu bela diri. Dan yang menarik, gerakan itu seperti mengalir seiring dorongan batin di saat saya sedang melakukan meditasi.
Dari proses inilah, selanjutnya saya dikenal dengan seniman tari spiritual. Dan bagi saya, menari adalah upaya menggapai spiritualitas. Sehingga saya tidak akan merasa lelah meskipun harus menari selama berjam-jam. Karena hal itu bagaikan proses meditasi bagi saya. Dan saya merasakan sebuah kenikmatan yang luar biasa.
Tapi tentunya tidak setiap orang bisa melakukan hal yang sama seperti Anda. Bagaimana Anda akan mempertahankan jenis ‘aliran’ seni yang Anda jalankan selama ini?
Seperti yang saya katakan, bahwa apa yang saya lakukan adalah bagian dari sebuah aktifitas spiritual. Tentu di dalamnya terkait dengan sesuatu yang sifatnya sangat pribadi. Sehingga kita tidak harus terikat dengan pakem gerakan-gerakan tertentu, agar bisa menggapai spiritualitas itu. Sebab gerakan apapun, asalkan itu berasal dari dorongan dalam jiwa kita di tengah aktifitas spiritual kita, maka di sanalah spiritualitas itu akan didapatkan.
Dan saya secara pribadi tidak terlalu khawatir kalau nanti aliran seni tari saya tidak ada yang meneruskan. Karena bagi saya tarian saya ini adalah memiliki dasar gerakan yang bebas. Sehingga gerakan apapun bisa dilakukan. Yang terpenting pelakunya benar-benar menikmati dan menjiwai. Sehingga dia bisa benar-benar menyatu dnegan gerakan itu.
Kalau menurut Anda, seberapa besar animo masyarakat dengan jenis tarian seperti yang Anda geluti?
Kalau saya lihat animonya cukup besar. Bahkan tak hanya dari dalam negeri, banyak mahasiswa-mahasiswa dari luar negeri yang justru tertarik untuk mempelajari tarian itu. Dan hal ini tentu bersumber dari idealisme yang sangat kuat dari dalam hati. Sehingga saat orang mempelajarinya, bukan lagi berpikir soal materi yang akan didapat dari tarian tersebut.
Ini bukan tari komersil. Ini tari yang dilakukan karena dorongan jiwa. Sehingga di dalam hati bukan hanya dorongan untuk memberi hiburan, tetapi lebih dari itu tetap seperti yang saya sebutkan, yaitu mencapai spiritualitas. Dengan begitu, kita akan benar-benar total dalam membawakannya.
Kenapa justru banyak bule (mahasiswa asing) yang ingin mendalami tarian seperti itu?
Tentunya hal ini tak lepas dari perkembangan pola pikir dari masyarakat di sana, yang selama ini cenderung terlalu rasional. Yang justru cenderung menjadi beban dalam jiwa dan pikiran mereka. Karena itulah selanjutnya mereka butuh sesuatu yang bisa menenangkan secara batin. Dan menjalankan aktifitas-aktifitas yang bersifat spiritual, dalam hal ini melakukan gerakan-gerakan tarian spiritual, tentu akan mendatangkan ketenangan dalam batinnya.
Hal inilah yang kemudian mendorong banyak mahasiswa asing yang kemudian mendalami tarian-tarian spiritual, yang termasuk jenis tarian kontemporer. Dan justru, tak jarang hal ini bisa semakin membuat mereka eksis di dunia seni tari.
Untuk ke depannya, apa yang saat ini selalu menjadi harapan Anda?
Harapan utama tentunya kedamaian senantiasa tercipta di masyarakat. Dan hal itu bisa diwujudkan dengan seni. Karena itu semoga saja ke depan semakin banyak remaja yang tertarik dengan seni tari spiritual. Karena bagaimanapun hal ini adalah bagian dari tradisi bangsa. Dengan begitu, maka ke depan pola pikir mereka bisa berkembang dengan senantiasa menghargai ciptaan Tuhan. Yang wujud utamanya adalah saling menghormati dengan sesama. Sehingga senantiasa tercipta kedamaian di muka bumi ini. //Rad