![]() |
Dua gunungan ketupat diarak dalam tradisi Grebeg Syawal di Solo Safari |
WARTAJOGLO, Solo - Bekerja sama dengan Keraton Surakarta Hadiningrat, Solo Safari menggelar tradisi Grebeg Syawal atau yang juga dikenal dengan nama Bakda Kupatan pada Minggu, 6 April 2025.
Acara ini bukan sekadar perayaan biasa, melainkan sebuah ritual yang sarat makna filosofis, sejarah, dan spiritual.
Dalam tradisi ini, ketupat menjadi simbol utama yang membawa pesan mendalam tentang pentingnya silaturahmi, rekonsiliasi, dan kesadaran akan kesalahan diri sendiri.
Melalui acara ini, Solo Safari tidak hanya ingin melestarikan adat istiadat Jawa, tetapi juga memberikan ruang bagi masyarakat untuk merasakan kembali esensi dari nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi leluhur.
Puncak acara Syawalan ditandai dengan kirab prajurit keraton sambil mengarak dua buah gunungan berisi ribuan ketupat.
Di tengah arak-arakan gunungan ketupat, tampak BRM Yudisthira, cucu Sinuhun Paku Buwono XIII duduk di atas seekor kuda sambil membawa tombak.
Yudisthira memerankan sosok Jaka Tingkir, yang menjadi tokoh sentral dalam tradisi kupatan ini.
Jaka Tingkir, dalam narasi sejarah Jawa, dikenal sebagai simbol regenerasi dari Majapahit menuju Mataram hingga Surakarta Hadiningrat.
Menurut KGPH Adipati Dipokusumo, selaku Pengageng Parentah Keraton Surakarta, pemilihan lokasi Solo Safari sebagai tempat penyelenggaraan Bakda Kupatan memiliki makna historis yang mendalam.
Letak Solo Safari yang berada di tepi Sungai Bengawan Solo menjadi salah satu alasannya. Sungai ini memiliki hubungan erat dengan sosok Jaka Tingkir, yang dalam cerita rakyat disebutkan pernah mengarungi sungai tersebut dan bahkan menaklukkan buaya-buaya penunggu kawasan itu.
Untuk memperkuat narasi sejarah tersebut, panitia juga menggelar drama pendek yang menggambarkan perjalanan Jaka Tingkir dari Demak menuju Pajang.
Dalam drama ini, Jaka Tingkir tampak gagah mengarungi danau di tengah kawasan Solo Safari menggunakan getek atau perahu tradisional yang terbuat dari bambu.
Perjalanannya penuh tantangan, termasuk saat ia dicegat oleh sekawanan buaya. Namun, dengan keberanian dan kebijaksanaannya, Jaka Tingkir berhasil menaklukkan buaya-buaya itu, bahkan menjadikannya sebagai penolong dalam perjalanan hingga tiba di tempat tujuan.
Gunungan ketupat yang diarak dalam acara ini bukan sekadar hiasan, melainkan simbol dari nilai-nilai filosofis yang mendalam.
Dalam bahasa Jawa, kata "kupat" merupakan singkatan dari "ngaku lepat", yang berarti mengakui kesalahan.
Ketupat menjadi metafora tentang pentingnya introspeksi diri dan permintaan maaf kepada sesama setelah perayaan Lebaran.
“Ketupat itu sebenarnya adalah jalinan anyaman daun janur yang saling terikat, merekatkan butiran beras di dalamnya. Hal ini mencerminkan upaya kita untuk saling mempererat hubungan dengan keluarga, teman, dan kerabat,” jelas Gusti Dipo, panggilan akrab KGPH Adipati Dipokusumo.
Prosesi seremonial dimulai dengan kepulan asap kemenyan yang menandai pembukaan acara, dilanjutkan dengan ritual doa oleh ulama keraton.
Setelah itu, sosok Jaka Tingkir menyerahkan beberapa buah ketupat yang telah didoai kepada Wakil Wali Kota Surakarta Astrid Widayani.
Usai penyerahan secara simbolis, lantas ribuan ketupat dari salah satu gunungan dibagikan kepada para pengunjung yang hadir.
Dalam waktu singkat, ketupat-ketupat tersebut langsung ludes diburu oleh pengunjung, yang meyakini bahwa membawa pulang ketupat dari acara ini akan membawa berkah.
Bagi Solo Safari, acara Syawalan ini bukan hanya sekadar atraksi budaya, melainkan bagian dari komitmennya untuk melestarikan sejarah.
"Acara ini bukan hanya sekadar tradisi yang turun-temurun, namun juga bentuk kolaborasi antara tradisi dan pariwisata, serta sebagai sarana untuk menyampaikan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal kepada masyarakat khususnya pengunjung Solo Safari." ujar Yustinus Sutrisno selaku General Manager Solo Safari.
Setelah diperebutkan oleh pengunjung di dalam area Solo Safari, salah satu gunungan ketupat kemudian dibawa keluar untuk dibagikan kepada masyarakat umum.
Hal ini menunjukkan bahwa tradisi ini tidak hanya dinikmati oleh segelintir orang, tetapi juga dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai bentuk kebersamaan.
Sarat Makna Filosofi, Grebeg Syawal di Solo Safari Diharapkan Mampu Dongkrak Sektor Pariwisata Kota Solo https://t.co/kvWJ1Eh8T2
— 🇼🇦🇷🇹🇦🇯🇴🇬🇱🇴 (@wartajoglo) April 10, 2025
Selain sebagai sarana pelestarian budaya, acara Syawalan juga menjadi salah satu daya tarik wisata di tengah momen libur Lebaran.
"Tentunya kita berharap acara-acara seperti ini semakin banyak digelar, agar bisa semakin mendongkrak sektor pariwisata di Kota Solo," tandas Wakil Wali Kota Surakarta, Astrid Widayani. //Kls