WARTAJOGLO, Solo - Kota Solo memiliki potensi besar untuk memperkuat daya saing di sektor pariwisata melalui kolaborasi lintas sektor.
Dengan pendekatan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, Solo tidak hanya dapat meraih keuntungan ekonomi, tetapi juga memberikan manfaat sosial dan budaya yang berkelanjutan.
Hal ini menjadi sorotan utama dalam acara Talk to Action bertajuk "Nagari Tuwuh," yang digelar atas kerja sama Petit Boutique Hotel Solo dan Sasmita Kreasindo pada Sabtu, 4 Januari 2024.
Acara ini menghadirkan tiga pembicara berkompeten, yaitu Wening Damayanti (General Manager Petit Boutique Hotel Solo), Erik Cahyanta (Founder Yayasan Ayubagya), dan Chris Broto (Founder Forest Project).
Diskusi dalam acara ini menyoroti pentingnya membangun ekosistem pariwisata yang mengintegrasikan budaya dan kepedulian lingkungan sebagai landasan keberlanjutan.
Sebagai langkah awal menuju keberlanjutan, diinisiasi Forest Project, sebuah program yang menyoroti pentingnya kolaborasi dalam pelestarian lingkungan, budaya, dan pariwisata. Salah satu wujud dari inisiatif ini adalah pembuatan Kebun Histori 1945.
“Kami merencanakan sebidang lahan terbuka hijau di Petit Boutique Hotel menjadi pertanian sayuran dan etalase tanaman toga. Nantinya, lahan ini akan dikembangkan menjadi Kebun Kolektif yang memiliki nilai tambah edukatif melalui program-program berkelanjutan,” ungkap Chris Broto.
Dengan konsep ini, kebun tersebut tidak hanya menjadi ruang hijau, tetapi juga berfungsi sebagai pusat edukasi yang memberikan pengalaman berharga bagi wisatawan, sekaligus mendorong pelestarian lingkungan.
Sementara Wening Damayanti, yang juga dikenal sebagai pegiat pariwisata Solo, menegaskan pentingnya menjadikan wisata bukan lagi sebatas need ataupun habit, tetapi sebagai bagian dari culture masyarakat.
Ia mengungkapkan visinya untuk menjadikan Solo sebagai The City of Scavenger Hunt, sebuah konsep wisata interaktif yang memadukan tantangan, edukasi, dan eksplorasi budaya.
“Wisatawan yang datang akan kita berikan challenge untuk menjelajahi titik-titik tertentu di Solo yang kaya akan unsur budaya, seni, dan sejarah. Dengan begitu, mereka tidak hanya berkunjung, tetapi juga mendapatkan pengalaman mendalam yang membuat mereka lebih mengenal Solo dan berpotensi kembali,” jelas Wening.
Wening pun menyebut bahwa acara Talk to Action ini merupakan embrio untuk menuju ke sana, di mana Petit Boutique Hotel yang dipimpinnya menyiapkan Gedung Juang 1945 dengan Ruang Juang serta Kebun History, sebagai etalase yang bisa menjadi titik awal dari keberangkatan para wisatawan.
Nantinya, di lokasi ini wisatawan dapat mengenal lebih jauh tentang sejarah dan budaya kota sebelum melanjutkan perjalanan ke berbagai destinasi lain yang ditentukan.
“Kita ingin Ruang Juang dan Kebun Histori menjadi tempat di mana wisatawan mendapatkan gambaran awal tentang Solo, sehingga pengalaman mereka menjadi lebih bermakna,” tandas Wening.
Solo The City of Scavenger Hunt, Upaya Mewujudkan Pariwisata Berkelanjutan di Kota Solo https://t.co/4SZqgTW8jh
— 🇼🇦🇷🇹🇦🇯🇴🇬🇱🇴 (@wartajoglo) January 4, 2025
Dengan integrasi budaya, lingkungan, dan inovasi dalam konsep wisata, Solo tidak hanya akan menarik lebih banyak wisatawan tetapi juga menciptakan dampak positif jangka panjang bagi masyarakat lokal.
Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa masa depan pariwisata Solo memiliki potensi besar untuk menjadi model keberlanjutan dan tidak kalah dengan daerah lain yang sudah maju sektor pariwisatanya. //Sik