Smart Grid Intelligent Network untuk Manajemen Energy Bersih |
WARTAJOGLO, Jakarta - Dalam dua dekade mendatang, dunia menghadapi ancaman besar yang dikenal sebagai Triple Planetary Crisis—perubahan iklim, polusi, dan degradasi keanekaragaman hayati.
Masalah global ini mengancam ekosistem dan kesejahteraan manusia di seluruh dunia.
Menyikapi tantangan tersebut, pemerintah Indonesia melalui Kementerian PPN/Bappenas telah menyusun Undang-Undang No. 59 Tahun 2024 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045.
Salah satu kebijakan utama yang diusung adalah penerapan ekonomi hijau, termasuk pembangunan rendah karbon dan optimalisasi energi terbarukan, guna mendukung daya dukung lingkungan yang berkelanjutan.
Indonesia memiliki potensi energi terbarukan sebesar 13,846 terawatt (TW), sebagaimana dijelaskan oleh Eniya Listiani Dewi, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) dalam ESG Symposium 2024.
Namun, hingga kini, hanya 0,3% dari total potensi tersebut yang dimanfaatkan. Sebagian besar kebutuhan energi Indonesia masih bergantung pada bahan bakar fosil.
Transformasi menuju energi terbarukan menjadi prioritas dalam mendukung visi Indonesia Emas 2045.
Sebagai pelopor dalam bisnis berkelanjutan, SCG (Siam Cement Group) terus menghadirkan inovasi energi terbarukan untuk mendukung transisi energi hijau di Indonesia.
Warit Jintanawan, Country Director SCG Indonesia, menjelaskan bahwa visi pemerintah Indonesia dalam optimalisasi energi terbarukan sejalan dengan strategi SCG.
"Kami terpacu untuk menerapkan teknologi energi bersih yang mendukung efisiensi energi dan pengurangan emisi karbon, dengan mengintegrasikan prinsip inklusif pertumbuhan hijau (Inclusive Green Growth),” ungkap Warit.
Melalui anak perusahaannya, PT Semen Jawa, SCG telah menerapkan berbagai teknologi energi terbarukan seperti Panel Surya dengan kapasitas 1.410 kWp. Panel ini mampu menyuplai 2% dari total kebutuhan listrik di pabrik PT Semen Jawa di Sukabumi.
Teknologi Alternative Fuel and Alternative Raw Material (AF/AR) yang memanfaatkan limbah industri, seperti sekam padi dan serbuk kayu, sebagai bahan bakar alternatif.
Teknologi ini menyumbang hingga 20% dari total kebutuhan bahan bakar pabrik.
Selain itu, SCG juga merancang solusi inovatif seperti Rondo Heat Battery (RHB) dan Smart Grid Technology.
RHB memungkinkan energi surya dan angin yang intermiten diubah menjadi panas berkelanjutan untuk kebutuhan industri.
Sedangkan Smart Grid Technology menawarkan solusi energi terbarukan yang mengurangi biaya energi dan meningkatkan efisiensi listrik.
SCG mengadopsi prinsip bisnis ESG 4 Plus yang mencakup empat pilar utama Set Net Zero yang berarti mencapai emisi nol bersih pada 2050.
Lalu Go Green yang bertujuan mewujudkan industri hijau. Kemudian Reduce Inequality yang tujuannya menekan kesenjangan sosial. Dan yang terakhir Embrace Collaboration untuk mendorong kolaborasi dengan prinsip keadilan dan transparansi.
Prinsip ini menjadi dasar bagi SCG dalam menghadirkan inovasi energi terbarukan yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga mempercepat transisi energi Indonesia.
Dengan memanfaatkan potensi energi baru dan terbarukan (EBT), SCG optimis menjadi mitra strategis dalam mendukung implementasi ekonomi hijau di Indonesia.
Sebagai langkah awal, SCG akan memperkenalkan SCG Cleanergy pada 2025, yang berfokus pada pengembangan tenaga surya dan angin, serta teknologi energi bersih lainnya.
Inovasi Energi Terbarukan Mendukung RPJPN 2025-2045, untuk Mewujudkan Indonesia Menuju Era Ekonomi Hijau https://t.co/fwHCTnXP4b
— 🇼🇦🇷🇹🇦🇯🇴🇬🇱🇴 (@wartajoglo) January 17, 2025
"Kami berkomitmen untuk mendukung RPJPN 2025-2045 demi mewujudkan Indonesia Emas 2045. Dengan terus berinovasi, kami berharap dapat menciptakan masa depan yang berkelanjutan bagi Indonesia," tutup Warit.
Melalui langkah-langkah strategis ini, SCG dan pemerintah Indonesia optimis mampu menghadapi tantangan Triple Planetary Crisis sekaligus mendukung transisi menuju energi bersih yang berkelanjutan. //Kla