TfG6TUW8BUO7GSd6TpMoTSd7GA==
,, |

Headline News

Perlunya Peningkatan Kesadaran Masyarakat, untuk Pengembangan KA Batara Kresna sebagai Transportasi Ideal

Humas KAI Daop 6 Yogyakarta, Krisbiyanto, menjelaskan terkait keberadaan KA Batara Kresna

WARTAJOGLO, Solo - Diluncurkan pertama kali pada 2015, kereta api (KA) Batara Kresna menjadi salah satu moda transportasi massal pilihan bagi warga di Kota Solo untuk menuju ke wilayah Kabupaten Wonogiri.

Berstatus sebagai kereta perintis, Batara Kresna sengaja dimunculkan untuk mendongkrak perekonomian kawasan-kawasan di sepanjang jalur Solo, Sukoharjo, Nguter dan Wonogiri.

Hanya saja ada sedikit kekurangan yang terdapat pada KA Batara Kresna, terutama dari sisi kecepatan serta jadwal yang masih terbatas.

Selain itu jalurnya yang merupakan perlintasan sebidang, kerap memunculkan masalah tersendiri, karena kerap memicu insiden dengan pengguna jalan raya di kawasan Jalan Slamet Riyadi, Kota Solo.

Bahkan Krisbiyanto selaku Humas PT KAI Daop 6 Yogyakarta menyebut bahwa sepanjang tahun 2024 ini, sudah ada 25 insiden yang melibatkan KA Batara Kresna dengan pengguna jalan, yang rata-rata kena temper.

"Dengan kondisi perlintasan sebidang ini, tidak bisa dipungkiri telah terjadi beberapa kali kejadian (kecelakaan) yang melibatkan KA Batara Kresna. Yang rata-rata temperan dengan sepeda motor. 21 kejadian terjadi di Jalan Slamet Riyadi, lalu 3 di Sukoharjo dan satu di Wonogiri," jelas Krisbiyanto dalam acara talkshow dan media gathering di Stasiun Solo Kota pada Kamis 5 Desember 2024.

Dalam talkshow yang mengusung tema "Upaya Mewujudkan Transportasi yang Ideal di Relasi Solo - Wonogiri dengan KA Batara Kresna" ini, Krisbiyanto menyebut bahwa diperlukan tingkat kesadaran lebih dari masyarakat, agar tidak sampai terjadi insiden.

"Tentunya kami selalu berupaya untuk mewujudkan keselamatan dalam perjalanan. Karena itu kami berharap adanya peningkatan kesadaran dari masyarakat, agar terhindar dari insiden. Sebab dalam undang-undang juga sudah diatur bahwa perjalanan kereta api harus didahulukan," tambahnya.

Kondisi ini pula yang kemudian mendorong pihak Balai Teknik Perkeretaapian untuk terus melakukan pengkajian dari berbagai aspek, sebelum memutuskan untuk menambah kecepatan KA Batara Kresna. 

Perlu diketahui bahwa kereta Batara Kresna hanya berjalan dengan kecepatan sekitar 30 km per jam.

Yang mana dengan kecepatan tersebut, kereta ini membutuhkan waktu tempuh lebih dari satu jam untuk perjalanan dari Stasiun Purwosari menuju Stasiun Wonogiri.

"Sejauh ini dari Balai Teknik Perkeretaapian masih terus melakukan pengkajian, sebelum memutuskan untuk mengijinkan penambahan kecepatan pada KA BAtara Kresna. Karena untuk peningkatan kecepatan, tentunya harsu diikuti dengan penggantian jenis rel," jelas Widya Oktarina mewakili Kepala Balai Teknik Perkeretaapian, Rudi Pitoyo.

Namun di luar itu, menurut Widya pihaknya juga terus melakukan perbaikan berbagai fasilitas pendukung di stasiun. Baik itu penambahan ketinggian peron, pagar sterilisasi maupun pembuatan gapura ikonik. 

"Dengan penambahan ketinggian peron ini, maka penumpang tidak perlu repot lagi saat akan naik turun kereta api.  Sedangkan untuk gapura ikonik, kita akan bangun di tiga tempat, yakni Solo Kota, Sukoharjo dan Wonogiri," lanjut Widya.

Sebagai transportasi massal yang ramah lingkungan, KA Batara Kresna menjadi simbol upaya integrasi antara kebutuhan mobilitas modern dan pelestarian warisan lokal, terutama di jalur yang melintasi kawasan bersejarah dan budaya di Kota Solo. 

Dengan dukungan dari masyarakat dan pemerintah, kereta ini memiliki potensi besar untuk terus berkembang dan memberikan manfaat yang lebih luas di masa depan

Ke depan, dengan berbagai upaya perbaikan yang dilakukan diharapkan tingkat okupansi dari KA Batara Kresna bisa terus meningkat. 

Sehingga selain bisa menjadi solusi untuk mengurangi kemacetan, efek pertumbuhan ekonomi yang diharapkan terjadi di wilayah-wilayah yang dilalui, bisa terwujud. //Sik

Type above and press Enter to search.