TfG6TUW8BUO7GSd6TpMoTSd7GA==
,, |

Headline News

Kontra Radikal jadi Upaya Polri Membentuk Kesadaran Masyarakat untuk Menolak Radikalisme

Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Terorisme adalah Musuh Kita Bersama"

WARTAJOGLO, Jakarta - Kepolisian Republik Indonesia (Polri) kembali menegaskan pentingnya implementasi kontra radikal sebagai strategi utama untuk mencegah penyebaran paham radikalisme di masyarakat. 

Hal ini disampaikan oleh Katim Kontra Radikal Divhumas Polri, KBP Gatot Hendro Hartono, S.E., M.Si., dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Terorisme adalah Musuh Kita Bersama", yang digelar di Aula Polres Sigi, Sulawesi Tengah, pada Selasa 21 November 2024.

Dalam diskusi tersebut, Gatot Hendro menegaskan bahwa kontra radikal adalah langkah strategis untuk membangun kesadaran individu agar mampu menolak pengaruh propaganda kelompok radikal.

“Kontra radikal adalah upaya membangun individu agar mampu menolak paham radikal yang disebarluaskan melalui berbagai saluran. Hal ini penting dilakukan secara konsisten untuk mencegah radikalisme berkembang di tengah masyarakat,” jelas Gatot.

Ia juga menekankan bahwa keberhasilan upaya kontra radikal membutuhkan pendekatan terpadu dan kolaborasi dengan berbagai elemen masyarakat.

“Dukungan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, serta generasi muda sangat diperlukan dalam menjalankan pendekatan ini,” tambahnya.

Sebagai pembicara utama, Ustadz Muhammad Nasir Abbas, mantan narapidana terorisme (napiter) yang kini aktif dalam rehabilitasi mantan napiter dan perdamaian, berbagi pengalaman dan pandangannya mengenai ancaman radikalisme.

“Terorisme itu nyata meskipun gerakannya sering tidak tampak. Saya sendiri pernah menjadi bagian dari kelompok teroris yang bertujuan melawan pemerintah Indonesia,” ungkap Nasir.

Ia menyoroti bahwa salah satu akar penyebab terorisme adalah kegagalan individu dalam menerima perbedaan serta kurangnya pemahaman yang benar tentang agama.

“Kita harus waspada terhadap orang-orang yang menyebarkan kebencian, mudah menyalahkan, dan mengkafirkan orang lain, karena itu adalah ciri-ciri paham radikal,” tambahnya.

Nasir juga mengingatkan pentingnya menjaga keluarga dan lingkungan dari paparan paham radikal demi menciptakan masyarakat yang damai dan utuh.

Kegiatan FGD ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya radikalisme dan terorisme, sekaligus mempererat kerja sama antara masyarakat dan aparat keamanan dalam menjaga keutuhan negara. 

Acara tersebut dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk tokoh agama, tokoh adat, mahasiswa, serta tokoh masyarakat.

Melalui diskusi ini, Polri berharap upaya kontra radikal dapat berjalan efektif, memberikan edukasi kepada masyarakat, dan mencegah berkembangnya paham radikalisme yang berpotensi merusak keutuhan NKRI.

"Indonesia tetap membutuhkan persatuan dalam keberagaman. Kontra radikal menjadi kunci penting untuk melindungi negara kita dari ancaman terorisme," tutup Gatot Hendro. //Hum

Type above and press Enter to search.