Dr. Muhammad Yamin saat menyampaikan materi di depan peserta Health Talk Brawijaya Healthcare |
WARTAJOGLO, Solo - Kasus meninggalnya artis Marissa Haque yang terjadi secara tiba-tiba tanpa disertai gejala penyakit beberapa waktu lalu, menambah panjang deretan publik figur yang mengalami nasib serupa.
Terkait hal ini, Dr. dr. Muhammad Yamin, Sp.JP (K), Sp.PD, FACC, FSCAI, FAPHRS, Senior Consultan in Elektrofisiology atau Device Therapy dan Interventional Cardiologi dari Brawijaya Hospital Jakarta menyebut bahwa kematian mendadak bisa menimpa siapa saja.
"Kematian mendadak adalah kematian yang terjadi dalam satu jam setelah terjadinya gejala. Ini terjadi karena korban terlambat mendapatkan pertolongan saat timbul gejala. Sehingga jantungnya benar-benar berhenti berdetak, dan akhirnya meninggal dunia," jelasnya saat ditemui di sela-sela acara Health Talk Brawijaya Healthcare, pada Sabtu 19 Oktober 2024, di Swiss-Belinn Saripetojo, Solo.
Karena itulah, mantan ketua tim dokter kepresidenan ini menyebut pentingnya edukasi bagi masyarakat untuk memahami gejala gangguan pada jantung.
"Pada dasarnya ada dua penyebab gangguan pada jantung yang dipisahkan berdasarkan usia. Untuk usia di bawah 40 tahun, seringkali disebabkan karena gangguan kelistrikan jantung. Ibaratnya ada konsleting listrik, yang menyebabkan jantung berhenti berdetak. Sementara untuk usia di atas 40 tahun, lebih banyak disebabkan karena adanya sumbatan pada pembuluh darah, seperti kolesterol dan berbagai gaya hidup yang lain, hingga kemudian memicu serangan jantung," sambungnya.
Untuk gangguan kelistrikan, staf Divisi Kardiologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM ini menyebut lebih karena disebabkan oleh faktor bawaan.
Faktor bawaan ini menurut Yamin bisa dilihat dari beberapa hal, salah satunya adanya riwayat kematian mendadak di keluarga.
"Kalau sampai ada keluarga yang pernah mengalami kematian mendadak, maka biasanya akan ada resiko bawaan pada anggota keluarga yang lain," ujarnya.
Hal lain yang juga termasuk faktor bawaan adalah seringnya mengalami gejala jantung berdebar serta kliyengan, tapi sebentar kemudian normal.
"Bila ada yang sering mengalami jantung berdebar, kliyengan, lalu sembuh, tapi beberapa waktu kemudian mengalami lagi, hal ini menunjukkan ada masalah pada kelistrikan di jantung. Sehingga perlu untuk segera memeriksakan diri. Jangan diabaikan hanya karena sudah hilang gejalanya, agar tidak sampai berakibat fatal," jelasnya.
Sedangkan faktor bawaan yang lain adalah terkait kelainan struktur, di mana otot jantung tebal, sehingga sering mengalami gejala sesak dan gampang capek.
"Bagi para atlet atau mereka yang kerap berolah raga, otot jantung yang tebal ini sangat sangat berbahaya. Sebab dengan aktifitas fisik yang keras setiap hari, hal itu justru bisa menambah ketebalan otot. Sehingga akan beresiko mengganggu kelistrikan jantung. Itulah kenapa seringkali kita temukan ada atlet yang tiba-tiba meninggal secara mendadak, terakhir pebulutangkis asal China beberapa waktu lalu," ungkapnya.
Karena itulah, ahli penyakit jantung senior ini menyebut pentingnya pemberian pertolongan pertama yang benar, pada mereka yang mengalami gejala gangguan jantung.
Sebab penanganan yang benar akan berpeluang untuk menyelamatkan orang yang terkena serangan jantung.
"Angka kematian para penderita gangguan jantung mencapai 95% saat gejala mulai muncul. Karena itulah keselamatan orang yang mengalami gangguan jantung ini sangat tergantung pada orang-orang yang ada di sekelilingnya atau yang disebut bystander. Dengan penanganan yang tepat, maka penderita bisa diselamatkan," tandasnya.
Orang dengan Ciri-ciri Ini, Berpotensi Mati Mendadak karena Gangguan Jantung, Siapa Saja Mereka..? https://t.co/cH9LXgCdh2
— 🇼🇦🇷🇹🇦🇯🇴🇬🇱🇴 (@wartajoglo) October 20, 2024
Tingginya angka kematian ini terjadi karena kurangnya pemahaman di masyarakat terkait langkah apa yang harus dilakukan saat mendapati ada orang yang tiba-tiba pingsan karena gangguan jantung.
Selain ketidakpahaman, ketidakpedulian dari orang-orang di sekitar, sangat berperan pada tingginya angka kematian bagi penderita gangguan jantung.
"Ada kalanya orang hanya memberikan pertolongan ala kadarnya, dengan memberi minyak angin, atau mungkin minum, lalu ditinggalkan karena tidak mau berurusan lebih panjang. Padahal pertolongan yang diberikan itu salah, dan justru memperparah keadaan. Belum lagi untuk mendapatkan ambulans, di sini juga bukan hal mudah, meskipun di jalan banyak ambulans berseliweran," terang Yamin.
Karena itulah Yamin terus berupaya melakukan sosialisasi terkait pemberian pertolongan pertama pada penderita gangguan jantung.
Salah satunya adalah melalui acara Health Talk yang digelar oleh Brawijaya Healthcare. Yang mana melalui acara ini Yamin menyampaikan berbagai hal terkait penyakit jantung dan penanganan darurat pada penderitanya.
Acara Health Talk Brawijaya Healthcare ini sendiri menghadirkan 4 orang dokter yang ahli di berbagai bidang.
Selain Muhyammad Yamin, ada juga dr. Agata Pradana yang merupakan dokter spesialis obstetric dan ginekologi, lalu dr. Dody Kurniawan, spesialis orthopedi dan traumatologi, serta dr. Ande Fachniadin, spesialis bedah syaraf.
"Tujuan utama dari kegiatan ini adalah mengedukasi masyarakat termasuk informasi terkait perkembangan teknologi kesehatan yang ada di Brawijaya Hospital," jelas Direktur Sales Corporate Brawijaya Healthcare, drg. Hestiningsih, SE, MARS.
Terkait penyakit jantung, Hesti menyebut bahwa Brawijaya Hospital memiliki layanan Braveheart Center,yang didukung oleh tim dokter yang ahli di bidangnya termasuk Muhammad Yamin.
"Di Braveheart Center, pasien gangguan jantung akan ditangani dengan pendekatan yang multi disiplin serta komprehensif oleh para dokter spesialis, dan peralatan kesehatan dengan teknologi modern," pungkasnya. //Sik