Peneliti asal Spanyol, Ángela López Lara (kiri), menunjukkan dokumentasi terkait penelitian tentang gamelan yang dilakukannya |
WARTAJOGLO, Solo - Institut Seni Indonesia (ISI) Solo kembali memperkuat perannya sebagai pusat pengembangan seni budaya nusantara dengan menggelar Kuliah Umum bertema “Melacak Kembali Keberadaan Gamelan pada Pameran Dunia Tahun 1889 di Paris.”
Acara ini menghadirkan Ángela López Lara, seorang peneliti asal Spanyol, sebagai pembicara utama, yang berlangsung di Ruang Seminar Pascasarjana, Jumat 6 September 2024.
Kuliah umum ini merupakan hasil kolaborasi antara Program Studi Etnomusikologi, Program Studi Karawitan, dan Pascasarjana ISI Solo.
Ángela López Lara, seorang musisi, penari, dan peneliti yang telah tinggal dan mendalami seni pertunjukan di Spanyol dan Indonesia sejak tahun 2010, menyajikan paparan tentang gamelan dalam pameran internasional abad ke-19, khususnya pada Pameran Dunia Paris 1889.
Penelitiannya berfokus pada upaya menelusuri jejak gamelan dalam pameran-pameran internasional, yang hingga kini masih menjadi bagian penting dari kajian musik dunia.
Dalam kuliah umum tersebut, Ángela mengangkat penelitian uniknya tentang gamelan yang muncul dalam pameran dunia atau expo pada abad ke-19.
Salah satu sorotannya adalah bagaimana Belanda, sebagai penjajah Hindia Belanda saat itu, memperkenalkan gamelan dan kesenian Jawa dalam expo tersebut.
Ángela melacak keberadaan gamelan di berbagai pameran seperti Colonial and Export Exhibition di Amsterdam pada tahun 1883, hingga Pameran Dunia Paris tahun 1889.
Teliti Gamelan di Masa Lalu, Peneliti Asal Spanyol Beri Kuliah Umum di ISI Solo https://t.co/sDfJVa8aRY
— 🇼🇦🇷🇹🇦🇯🇴🇬🇱🇴 (@wartajoglo) September 9, 2024
Penelitian ini tidak hanya berdasarkan dokumentasi sejarah tetapi juga diperkuat dengan kunjungan langsung ke Eropa untuk mengecek arsip dan dokumen yang memuat informasi tentang pameran.
Ángela juga mendalami representasi gamelan dan tarian Jawa yang dibawa ke Eropa, yang sering kali disajikan secara tidak akurat dan penuh distorsi.
“Dalam expo seperti di Paris, gamelan sering kali ditampilkan tanpa konteks etnis atau gaya yang jelas, menjadikannya sulit untuk melacak asal-usul asli dari pertunjukan tersebut. Namun, ini justru menambah ketertarikan saya untuk menelusuri lebih dalam melalui dokumen-dokumen dan pengamatan langsung,” terang Angela.
Acara kuliah umum ini dipandu oleh Kaprodi Karawitan ISI Solo, Danis Sugiyanto, S.Sn., M.Hum., dengan sambutan pembukaan oleh Dr. Zulkarnain Mistortoify, M.Hum.
Zulkarnain menyatakan harapannya bahwa acara ini dapat menginspirasi mahasiswa, dosen, dan peneliti untuk lebih mengembangkan kajian tentang gamelan.
“Ini merupakan kesempatan yang baik bagi kita untuk berdiskusi langsung dengan peneliti dari luar negeri yang mendalami gamelan. Saya harap ini bisa menjadi motivasi bagi kita semua untuk terus mengembangkan penelitian tentang kesenian tradisional Indonesia,” ungkapnya.
Selain itu, Dani Yanuar, S.Sn., M.Sn., dari Prodi Etnomusikologi ISI Solo turut mempersembahkan permainan rebab sebagai bagian dari penjelasan terhadap temuan-temuan yang disampaikan oleh Ángela.
Hal ini memperkaya diskusi mengenai bagaimana gamelan, yang telah lebih dari 135 tahun menjadi subjek penelitian di Eropa, kini semakin dikenal sebagai bagian dari warisan musik dunia.
Melalui penelitian mendalam yang dilakukan oleh Ángela, terungkap bahwa gamelan yang dibawa ke Eropa dalam berbagai pameran internasional bukan hanya sebagai objek seni yang dipertontonkan, tetapi juga sebagai bagian dari ketertarikan global terhadap budaya Asia Tenggara.
Selama lebih dari satu abad, gamelan terus dikaji, dilestarikan, dan ditampilkan dalam berbagai forum internasional, menjadikannya bagian integral dari diskursus musik dunia.
Kolaborasi antara ISI Solo dan peneliti seperti Ángela López Lara menjadi bukti bagaimana kajian-kajian tentang gamelan tidak hanya relevan secara lokal, tetapi juga berpotensi untuk membuka wawasan global tentang kekayaan budaya Indonesia.
Kuliah umum ini diharapkan dapat memacu lebih banyak penelitian dan diskusi tentang peran gamelan di kancah internasional, serta menginspirasi generasi muda untuk terus melestarikan dan mengembangkan warisan budaya nusantara. //Hum