Dr. Suwardi menyebut adanya peta politik yang berubah usai mundurnya Gusti Bhre dan munculnya Bambang Gage |
WARTAJOGLO, Solo - Munculnya nama Bambang Nugroho atau yang akrab disapa Bamabng Gage sebagai calon Wakil Wali Kota Surakarta yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) cukup mengejutkan banyak pihak.
Tak hanya di kalangan internal partai berlambang kepala banteng moncong putih saja, yang kemudian memunculkan polemik dan penolakan di kalangan para calon yang sebelumnya mengikuti penjaringan.
Keheranan juga dirasakan oleh kalangan akademisi, yang selama ini telah melakukan survey elektabilitas calon.
Pasalnya nama pengusaha muda ini tidak pernah masuk dalam radar survey, yang dilakukan oleh beberapa lembaga survey yang dijalankan oleh para akademisi dari beberapa kampus di Kota Solo.
Salah satu tokoh akademisi yang cukup terkejut dengan kemunculan Bambang Gage adalah Dekan FISIP Unisri Surakarta, Dr Suwardi.
"Kemunculan nama Bambang Gage ini tentu di luar dugaan. Karena dari beberapa kali survey yang kita lalukan, nama Bambang Gage tidak pernah muncul. Justru nama Her Suprabu memiliki elektabilitas yang sangat tinggi di bawah Pak Teguh, yang memang dari awal posisinya selalu di atas," jelas Suwardi saat ditemui di kampus Unisri pada Kamis 5 September 2024.
Meski demikian, polemik yang muncul akibat mencuatnya nama Bambang Gage sebagai pendamping Teguh Prakosa, belum tentu akan berpengaruh pada perolehan suara pasangan calon tersebut.
Hal ini karena di Solo suara PDIP cukup besar dan memiliki basis massa yang kuat di akar rumput.
"PDIP ini partai besar yang sudah sangat berpengalaman. Jadi meskipun ada polemik seperti kemarin, kemungkinan tidak akan terlalu berpengaruh pada perolehan suaranya nanti. Apalagi dalam survey, nama Pak Teguh juga masih memiliki elektabilitas tinggi. Tapi untuk bisa tahu lebih jauh, tentu harus ada survey baru. Dan saya akan melakukannya dalam beberapa waktu ke depan," tambah Suwardi.
Menurut peneliti dan sekaligus Direktur Solo Raya Polling ini, posisi sebagai wakil tidak terlalu berdampak signifikan pada penambahan jumlah suara yang akan diperoleh pasangan calon dalam pemilihan.
Hanya saja, kesalahan dalam pemilihan wakil yang kemudian diikuti dengan tindakan yang kurang baik, maka hal itu bisa cukup berdampak pada pengurangan jumlah suara.
Peta Politik Berubah, Peneliti Unisri Ungkap Peluang Pasangan Teguh - Bambang Gage di Pilkada Solo https://t.co/5zTH3DiWyZ
— 🇼🇦🇷🇹🇦🇯🇴🇬🇱🇴 (@wartajoglo) September 8, 2024
"Sebenarnya posisi wakil ini tidak terlalu berpengaruh dalam menambah jumlah suara. Tapi kalau salah pilih wakil yang ternyata punya track record buruk, bisa jadi akan mengurangi perolehan suara," terangnya.
Suwardi pun menyebut bahwa mundurya Gusti Bhre dari kontestasi memang akan membuka peluang pada pasangan yang diusung PDIP.
Namun bukan berarti pasangan Respati Ardi - Astrid Widayani yang diusung Koalisi Indoinesia Maju (KIM) Plus jadi lemah. Menurut Suwardi semua tergantung pada peran Respati Ardi.
"Mundurnya Gusti Bhre memang akan berpengaruh cukup signifikan pada elektabilitas pasangan Respati - Astrid. Untuk itu semua tergantung pada bagaimana Respati dalam menjalin komunikasi politik. Kalau saat ini masih diendorse oleh Gusti Bhre, hendaknya ke depan hal itu harus dikurangi. Karena dikhawatirkan akan muncul persepsi bahwa Respati Ardi ini tidak bisa mandiri. Dan bisa berdampak kurang baik," tandas Suwardi.
Dengan situasi politik saat ini, ke depan dua pasangan calon ini menurut Suwardi akan memiliki peluang yang sama untuk memenangkan pilkada.
"Kedua pasangan memiliki peluang yang sama, tinggal bagaimana mereka memanfaatkan potensi yang ada untuk mendulang suara sebanyak mungkin. Dan untuk itu saya akan melakukan survey untuk bisa melihat gambarannya dengan lebih jelas. Jadi tunggu saja," pungkasnya. //Sik