TfG6TUW8BUO7GSd6TpMoTSd7GA==
,, |

Headline News

Wacanakan Dekonstruksi Partai Politik, Imam Al Ghozali Sukses Raih Gelar Doktor Ilmu Hukum

Dr. Imam Al Ghozali, SH, MH (tengah) mendapat ucapan selamat dari koleganya Purwanto Yudhonagoro

WARTAJOGLO, Solo - Kepercayaan publik pada partai politik, saat ini disebut terus menurun di semua negara. 

Kondisi itu diperparah dengan belum adanya capaian demokrasi yang sesungguhnya, yang berhasil ditunjukkan oleh partai politik. Sehingga keadilan dan kesejahteraan di masyarakat belum bisa benar-benar terwujud. 

Hal inilah yang kemudian mendorong Dr. Imam Al Ghozali Hide Wulakada, SH, MH, berpikir untuk merenovasi demokrasi melalui studi dekonstruksi.

Al Ghozali lantas mengangkat tema ini dalam disertasi doktoralnya di Fakultas Hukum (FH) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

Judul "Dekonstruksi Hukum Partai Politik dalam Pandangan Filsafat Hukum" diangkat sebagai wujud keresahan batinnya terhadap kondisi perpolitikan saat ini.

Disertasi inipun berhasil dipertahankan dalam ujian terbuka yang digelar pada Selasa 27 Agustus 2024, dan membawanya lulus meraih predikat cumlaude dengan IPK 3,83. 

"Disertasi saya ini berangkat dari kondisi di mana saat ini kita sedang mengalami krisis politik. Nah dari krisis politik ini akhirnya menyebabkan terjadinya krisis hukum. Sebab hukum lahir dari proses politik. Masalahnya hampir semua sistem ketatanegaraan menempatkan sistem demokrasi representatif sebagai payung yang diwujudkan dengan keberadaan partai politik. Nah sebagai akademisi, saya mencoba mendobrak hal itu dengan teori-teori dan keilmuwan yang saya miliki," jelas Al Ghozali saat ditemui usai pelaksanaan ujian.

Bagi Al Ghozali, demokrasi yang baik adalah yang dijalankan secara langsung tanpa harus melewati perwakilan dari partai politik. 

"Saya mengusulkan teori demokrasi langsung sebagai alternatif. Sedangkan partai politik bukanlah jalan satu-satunya tetapi sifatnya opsional saja. Sehingga Indonesia akan kembali pada pasal 28e ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Artinya hak ini tidak dibatasi oleh keberadaan partai politik," ungkapnya.

Al Ghozali pun menegaskan bahwa partai politik memiliki aturan dasar untuk mementingkan kepentingan kelompok. 

Hal ini tentu akan membuat kepentingan bangsa yang lebih besar cenderung diabaikan demi kepentingan internal partai itu sendiri.

Pertanyaan-pertanyaan dari tim penguji yang berasal dari internal FH UNS dan dari luar, berhasil dijawab dengan baik oleh Al Ghozali. 

Meski demikian. Al Ghozali mengaku bahwa masih banyak kekurangan dalam dirinya. 

"Sebagai seorang akademisi, tentu secara keilmuwan kita harus selalu merasa kurang agar bisa terus beriktiar untuk menambah ilmu baru," tandas pria yang juga dosen di FH Universitas Surakarta (Unsa) ini.

Hal ini pula yang membuat Al Ghozali bertekad untuk meraih salah satu target terbesar sebagai seorang akademisi, yakni menjadi guru besar.

"Target ke depan sebagai seorang akademisi adalah menjadi guru besar. Dan saya akan terus berupaya untuk menggapai target itu, menjadi guru besar bidang filsafat hukum," pungkasnya.

Ucapan selamat pun datang silih berganti kepada Al Ghozali setelah sukses menyelesaikan ujian terbuka. Salah satunya dari General Manager Putra Asia Group, Dr. Purwanto Yudhonagoro, S.E., M.Par.,CHA.

"Sebagai seorang sahabat, saya sangat tahu kapasitas dan kapabilitas beliau secara keilmuwan. Karena itu saya berharap ilmu yang dimiliki beliau ini bisa diimplementasikan di masyarakat. Dan bukan hanya di skala regional tapi sampai nasional, sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat luas. Sekali lagi selamat," ujar Purwanto. //Bang

Type above and press Enter to search.