TfG6TUW8BUO7GSd6TpMoTSd7GA==
,, |

Headline News

Gusti Bhre Diberi Destar dan Canelo, Ternyata Begini Maknanya dalam Tradisi Mangkunegaran

Gusti Bhre (dua dari kiri) menerima pemberian destar dari Stefanus Gusma

WARTAJOGLO, Solo - Dukungan warga Kota Solo kepada Pengageng Pura Mangkunegaran, KGPAA Mangkunagoro X, atau yang akrab disapa Gusti Bhre, untuk maju sebagai calon Wali Kota Surakarta terus mengalir. 

Salah satunya datang dari sekelompok warga yang menamakan diri Sahabat Bang Ara. 

Bertempat di Gedung Dewa Dewi, kawasan Jalan Setia Budi, Kota Solo, kelompok ini bersama ribuan warga mendeklarasikan dukungan untuk mengusung Gusti Bhre sebagai calon wali kota.

Acara deklarasi ini turut dihadiri oleh Gusti Bhre sendiri, yang disambut dengan antusiasme oleh warga yang mengelu-elukan dirinya sebagai calon pemimpin masa depan Kota Solo. 

Kehadiran pria yang memiliki nama panjang Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo ini menjadi momen istimewa, di mana ia berusaha menyalami warga satu per satu, menunjukkan keramahan dan kedekatannya dengan masyarakat.

Sebagai simbol dukungan, Stefanus Gusma, tokoh dari Sahabat Bang Ara Kota Solo, memberikan dua buah benda simbolis kepada Gusti Bhre. 

Dua benda tersebut adalah destar atau blangkon khas Mangkunegaran, serta canelo atau selop. 

Disebutkan oleh pembawa acara, bahwa kedua benda ini merupakan bagian dari pakaian kebesaran raja Mangkunegaran yang biasa disebut beskap Langenharjan.

Destar, sebagai ikat kepala, dimaknai sebagai simbol pelindung kepala yang diharapkan dapat memunculkan ide-ide kreatif untuk memajukan Kota Solo. 

Sementara itu, canelo, sejenis sandal yang biasa dipakai oleh para bangsawan, menjadi simbol keberlanjutan dalam menjalankan Tridarma. 

Sebagai pemimpin Mangkunegaran, Gusti Bhre memang dituntut selalu memegang Tridarma, yang dicanangkan oleh pendiri Kadipaten Mangkunegaran, Raden Mas Said atau Pangeran Samber Nyawa. 

Tridarma tersebut meliputi Rumangså mèlu handarbèni (Merasa ikut memiliki), lalu Wajib hangrungkebi (Berkewajiban ikut membela atau mempertahankan) dan Mulat sarirå hangråså wani (Berani berintrospeksi atau mawas diri).

Keberlanjutan menjalankan Tridarma ini pula yang diharapkan bisa menjadi pendorong langkah Gusti Bhre untuk menjadi penerus Gibran Rakabuming Raka sebagai Wali Kota Surakarta.

"Kehadiran bapak ibu semua adalah doa dan motivasi bagi saya. Karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga ke depan kita bisa selalu dipertemukan lagi dan bapak ibu semua senantiasa diberi kesehatan," ucap Gusti Bhre dalam sambutannya, yang disambut dengan teriakan "Gusti Bhre Pemimpin Muda Berbudaya".

Meskipun dukungan terus mengalir, Gusti Bhre sendiri belum pernah secara langsung menyatakan niatnya untuk maju sebagai calon wali kota. 

Ketika ditanya mengenai hal ini, raja muda dari Pura Mangkunegaran ini memilih untuk menjawab dengan diplomatis. 

"Kita lihat dulu aja situasinya ke depan bagaimana. Yang terpenting tentu melihat bagaimana sikap dari masyarakat. Dan sejauh ini saya juga telah banyak mendapat masukan dari berbagai pihak," ujarnya kepada awak media.

Dukungan dari warga dan kelompok Sahabat Bang Ara ini menunjukkan harapan besar masyarakat Solo terhadap kepemimpinan Gusti Bhre yang diharapkan dapat membawa perubahan positif dan keberlanjutan pembangunan di Kota Solo. 

Dengan latar belakang dan dukungan yang kuat, Gusti Bhre menjadi sosok yang dinilai mampu memimpin dan memajukan kota dengan kearifan lokal dan budaya yang kaya. //Bang

Type above and press Enter to search.