TfG6TUW8BUO7GSd6TpMoTSd7GA==
,, |

Headline News

Jadi Perhatian Serius Presiden, Ternyata Begini Sejarah Tanaman Kratom hingga Digolongkan BNN sebagai Narkotika

WARTAJOGLO - Tanaman kratom kembali jadi buah bibir setelah Presiden RI Joko Widodo menggelar rapat internal tentang kebijakan dalam penanganan, pemanfaatan, dan perdagangan tanaman Kratom, di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, pada Kamis 20 Juni 2024.

Pembahasan ini dilakukan karena adanya kontroversi terkait status tanaman ini, yang oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dimasukkan dalam kategori Narkotika Golongan 1.

Tanaman kratom masih terus memicu kontroversi terkait statusnya hingga sekarang

Lalu seperti apakah tanaman kratom itu sebenarnya?

Kratom (Mitragyna speciosa) adalah tanaman tropis yang berasal dari hutan-hutan Asia Tenggara, khususnya di Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Papua Nugini. 

Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam budaya setempat untuk tujuan medis dan rekreasi. 

Hal ini lantaran kratom mengandung senyawa aktif seperti mitragynine dan 7-hydroxymitragynine yang memiliki efek pada reseptor opioid di otak, sehingga dapat memberikan efek penghilang rasa sakit dan stimulasi.

Catatan sejarah menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah-wilayah tersebut telah lama memanfaatkan daun kratom untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan dan meningkatkan stamina.

Penggunaan kratom pertama kali tercatat dalam literatur ilmiah oleh seorang ahli botani Belanda bernama Pieter Korthals pada tahun 1839. 

Ia mengamati bahwa penduduk lokal mengunyah daun kratom atau menyeduhnya sebagai teh untuk mendapatkan manfaat stimulasi dan penghilang rasa sakit. 

Dalam pengobatan tradisional, kratom juga digunakan untuk mengobati diare, batuk, dan sebagai obat penenang.

Di wilayah asalnya, penggunaan kratom sangat erat kaitannya dengan kegiatan sehari-hari masyarakat. 

Para petani dan pekerja manual di Thailand dan Malaysia, misalnya, mengunyah daun kratom untuk meningkatkan energi dan daya tahan selama bekerja di ladang. 

Kratom juga digunakan dalam upacara adat dan sebagai bagian dari pengobatan tradisional untuk berbagai penyakit.

Di beberapa komunitas, kratom dianggap sebagai tanaman yang sakral dan memiliki nilai spiritual. 

Ritual penggunaan kratom sering kali melibatkan berbagai prosesi dan adat yang menunjukkan pentingnya tanaman ini dalam kehidupan sosial dan budaya mereka.

Dalam beberapa dekade terakhir, popularitas kratom telah menyebar ke luar Asia Tenggara, terutama ke Amerika Serikat dan Eropa. 

Peningkatan minat ini sebagian besar didorong oleh klaim tentang manfaat kesehatan kratom, termasuk sebagai penghilang rasa sakit alami dan sebagai bantuan dalam mengatasi kecanduan opioid.

Dikutip dari berbagai sumber, kratom dipercaya memiliki khasiat sebagai berikut

1. Penghilang Rasa Sakit

Kratom digunakan sebagai alternatif untuk obat penghilang rasa sakit farmasi, terutama untuk mengatasi nyeri kronis. 

Senyawa mitragynine dan 7-hydroxymitragynine dalam kratom bekerja pada reseptor opioid di otak, memberikan efek analgesik tanpa banyak efek samping serius yang biasanya terkait dengan opioid sintetik.

2. Manajemen Gejala Putus Zat

Kratom digunakan oleh beberapa individu untuk mengurangi gejala putus zat dari opioid dan zat adiktif lainnya. 

Efeknya yang mirip dengan opioid, namun lebih ringan, membuatnya berguna dalam mengurangi gejala seperti kecemasan, mual, dan nyeri.

Selain penggunaan medis, kratom juga digunakan secara rekreasional untuk efek stimulasinya pada dosis rendah dan efek sedatif pada dosis tinggi. 

Beberapa orang menggunakan kratom untuk meningkatkan energi dan suasana hati, sementara yang lain menggunakannya untuk relaksasi dan mengurangi stres.

Namun sayangnya, kratom berada dalam posisi yang kontroversial di banyak negara. 

Di Thailand dan Malaysia, penggunaan kratom diatur ketat atau dilarang, meskipun ada upaya untuk merevisi regulasi tersebut berdasarkan nilai medisnya. 

Di Amerika Serikat, status legal kratom bervariasi antar negara bagian, dengan beberapa negara bagian melarangnya sementara yang lain mengaturnya sebagai suplemen.

Kontroversi ini sebagian besar disebabkan oleh kurangnya penelitian ilmiah yang komprehensif tentang efek jangka panjang dan potensi risiko kratom. 

Organisasi kesehatan dan badan regulasi seperti FDA di Amerika Serikat telah mengeluarkan peringatan tentang potensi bahaya kratom, termasuk risiko ketergantungan dan efek samping serius.

Namun dari beberapa literatur menyebutkan bahwa ada efek samping kurang baik dari kratom, yang memicu terjadinya kontroversi terkait statusnya.

Yang mana meskipun kratom bisa membantu mengurangi ketergantungan pada opioid, penggunaan jangka panjang dan berlebihan bisa menyebabkan ketergantungan pada kratom itu sendiri. Gejala putus zat kratom bisa meliputi iritabilitas, kecemasan, dan depresi.

Efek samping lainnya adalah mual, konstipasi, kehilangan nafsu makan, dan insomnia. Pada dosis tinggi, kratom juga bisa menyebabkan gangguan kesehatan yang lebih serius seperti kejang, halusinasi, dan kerusakan hati. //Bbs

Type above and press Enter to search.