Semangat untuk melestarikan kebudayaan Jawa, mendorong Staso Prasetyo untuk mengikuti jejak almarhum Didi Kempot sang ayah, sebagai penyanyi spesialis lagu berbahasa Jawa
WARTAJOGLO, Sukoharjo - Nama Staso Prasetyo bisa dibilang masih asing di telinga para penggemar musik campursari Indonesia. Sebab meski dia putra dari almarhum Didi Kempot, namun orang belum banyak yang kenal namanya. Terlebih di tengah begitu kondangnya nama sang ayah, Staso lebih memilih untuk berperan di balik layar, dengan menekuni dunia recording.
Namun sepeninggal sang ayah pada 5 Mei 2020 lalu. Darah seni putra sulung Didi Kempot dengan istri ke duanya Dian Ekawati ini, seolah bergolak. Memorinya terbang ke tahun 2018, di mana sang ayah pernah menantangnya untuk menciptakan sebuah lagu.
Baginya itu bukan sebatas tantangan, melainkan ajang pembuktian kemampuan dirinya sebagai putra seorang maestro.
Dalam waktu singkat, sebuah lagu berjudul 'Pepujaning Ati' pun tercipta. Acungan dua jempol pun langsung diberikan oleh Didi Kempot untuk hasil karya itu. Bahkan dia juga sempat menunggui proses perekaman lagu itu, di sebuah studio di Kota Sragen pada 2018 lalu.
Emas Terpendam
Namun sayangnya Didi Kempot bukanlah sosok yang ingin mengekspose keluarganya. Dia tidak ingin masyarakat menilai, bahwa dia memanfaatkan ketenarannya untuk mengangkat nama anak atau keluarganya yang lain. Sehingga dia lebih mengarahkan anaknya untuk berjuang sendiri dengan kemampuan yang dimilikinya.
Proses syuting video klip 'Pepujaning Ati' |
"Semasa hidupnya Mas Didi Kempot berjuang dari nol. Karena itulah dia ingin agar anaknya juga mengikuti jejak itu, dengan berjuang sendiri tanpa mendompleng nama besar sang ayah. Sebab dengan begitu maka kemampuannya benar-benar teruji dan ketenarannya akan lebih kekal seperti dirinya. Hal itu juga yang diterapkan pada Staso," ujar Nugie Dirodo dari Relink24T, managemen yang menaungi Staso.
BACA JUGA:
Didi Kempot dan Konsistensi Sang Legenda Penjaga Budaya Jawa
Kini Staso pun kembali tertantang untuk menunjukkan kemampuannya. Dengan lagu hasil tantangan sang ayah, dia ingin membuktikan bahwa dirinya bisa mengikuti jejak sukses The Godfather of Broken Heart. Tiga single pun telah disiapkan untuk ikut meramaikan belantika musik Indonesia. Yang semua diciptakannya sendiri.
Pria yang pernah mendalami seni karawitan di SMKN 8 Surakarta itu juga sadar, bahwa perjalanannya tidak mudah. Sebab di tengah boomingnya lagu-lagu berbahasa Jawa, saat ini banyak sekali bermunculan artis baru yang membawakan genre musik itu. Bahkan sang ayah juga sempat mengorbitkan dua nama, yang sekarang sudah cukup dikenal. Yakni Dory Harsa dan penyanyi cilik Ardha Krisna Pratama.
Namun jiwa pantang menyerah dari Didi Kempot, sudah menyatu dalam diri pria kelahiran 26 Juni 20 tahun lalu itu. Sehingga jelang peringatan 40 hari meninggalnya sang ayah, Staso pun memutuskan untuk merilis singlenya.
Tak tanggung-tanggung, sebuah video klip bernuansa klasik telah disiapkan untuk lagu andalanya 'Pepujaning Ati'. Yang proses pembuatannya dilakukan di kawasan Heritage Palace Sukoharjo, pada Minggu (31/5) sore.
"Untuk pembuatan video klip, Staso mempercayakan kepada tim dari Relink24T. Yang kebetulan selama ini memiliki hubungan dekat dengan almarhum Didi Kempot," lanjut Nugie.
Staso berharap lagunya bisa diterima oleh para pecinta musik Indonesia, terutama para penggemar berat sang ayah. Sebab baginya menyanyikan lagu berbahasa Jawa bukan sebatas berkarya seni. Tapi lebih dari itu, ada semangat pelestarian budaya yang saat ini makin tergerus zaman.
"Saya berharap bisa mengikuti jejak ayah, untuk nguri-uri budaya Jawa. Dan tentunya melalui karya-karya saya, saya juga berpesan "wong Jowo ojo nganti ilang Jawane (orang Jawa jangan sampai hilang Jawanya)," pungkas pria yang juga menekuni kesenian reog ini. //Sik