Bagi masyarakat Jawa, dengan melihat wuku kelahirannya, nasib hidup seseorang bisa dilihat. Termasuk jalan kematian yang akan dihadapinya kelak.
WARTAJOGLO, Solo - Ribuan orang harus meregang nyawa setelah wabah Corona merebak di hampir seluruh pelosok dunia. Di Indonesia sendiri, ratusan orang sudah didiagnosa positif terpapar virus yang awalnya merebak di Kota Wuhan Cina ini. Di mana puluhan di antaranya meninggal dunia.
Berbagai upayapun dilakukan pemerintah, termasuk menerapkan social distancing untuk mencegah penyebaran virus ini. Namun tentu hal ini bukan tanpa kendala. Karena selain kekurang sadaran masyarakat, ada keyakinan tertentu yang dipegang masyarakat terkait datangnya ajal. Sehingga walaupun virus Corona menyerang, mereka tidak terlalu khawatir, karena yakin bahwa ajal mereka datang bukan karena corona.
Ya. Ajal adalah salah satu hal yang menjadi rahasia Tuhan. Sehingga manusia tidak akan pernah bisa mengetahui kapan datangnya saat-saat tersebut. Karena itulah, banyak kejadian yang menggambarkan bagaimana misteriusnya hal yang satu ini. Yang menunjukkan bahwa manusia tidak akan mampu berbuat apa-apa bila ajal memang telah menjemputnya.
Namun demikian, bukan berarti kedatangan ajal itu tanpa tanda-tanda. Bagi mereka yang memiliki kemampuan spiritual tingkat tinggi, biasanya akan bisa mendeteksi sisa umur seseorang, terutama yang sedang sakit keras. Karena biasanya akan terdapat perubahan fisik dan aura, yang bisa dikaitkan dnegan sisa energi kehidupan dalam dirinya.
Bahkan tak hanya saat sakit keras. Mereka yang secara spiritual peka, biasanya juga bisa menangkap berkurangnya energi kehidupan dari seseorang. Yang menandakan bahwa ajal orang tersebut sudah dekat. Dan hal itu biasanya juga didukung dengan munculnya berbagai perilaku ganjil, yang diyakini dipengaruhi oleh dorongan alam bawah sadar, karena ajal yang sudah dekat.
Dan salah satu hal yang menjadi bagian dari misteri kematian itu sendiri adalah jalan kematian yang akan dihadapi seseorang. Karena hal yang satu ini memang menjadi penegas bahwa kematian atau ajal, menjadi rahasia Yang Maha Kuasa.
Bisa jadi orang yang terserang corona atau sudah sakit keras selama berbulan-bulan dan diprediksi dokter akan segera meninggal, tapi justru akhirnya sembuh total. Atau bisa juga seseorang yang mengalami kecelakaan dahsyat, selamat, meski orang-orang yang berada bersamanya meninggal dunia. Tapi bukan tidak mungkin juga, orang yang sebelumnya terlihat segar bugar, tiba-tiba meninggal dunia karena serangan jantung, atau kecelakaan yang tak diduga.
Meski menjadi bagian dari sebuah misteri datangnya ajal, namun masyarakat Jawa meyakini bahwa jalan kematian seseorang sebenarnya bisa dilihat dari unsur kelahirannya. Dan dalam hal ini adalah wuku. Sebab dalam sebuah wuku, selain menjabarkan tentang karakter seseorang yang terlahir pada satu wuku tertentu, di dalamnya juga dijabarkan tentang jalan apes atau sial dari seseorang, yang bisa mengarahkannya menemui ajal.
Gambaran Ajal
Hal ini disampaikan oleh budayawan dan pakar pawukon asal Surakarta, Empu Totok Brojodiningrat. Yang menurutnya bahwa setiap wuku akan menjelaskan, kapan saat datangnya kesialan seseorang, serta hal tertentu yang bisa membawa seseorang menemui ajal, saat terjadi pada waktu-waktu sial tersebut.
Empu Totok Brojodiningrat |
Empu Totok sendiri pernah melakukan penelitian sederhana, untuk membuktikan kebenaran dari isi pawukon itu. Dan dari penelitian terhadap orang-orang yang meninggal, diperoleh gambaran, umumnya jalan kematian yang dialami orang-orang itu cenderung sesuai dnegan wuku kelahirannya.
“Kalau kita mau mengadakan penelitian secara khusus pada orang-orang yang meninggal, kita pasti akan mendapatkan sebuah temuan yang cukup mencengangkan. Di mana jalan kematian dari orang-orang itu akan cenderung mirip dengan yang digambarkan dalam pawukon. Dan saya sudah pernah melakukannya pada beberapa kasus kematian dari orang-orang tertentu, terutama yang mengalami jalan kematian tidak wajar. Baik itu kecelakaan ataupun dibunuh,” ungkap Empu Totok seperti dikutip dari Majalah LIBERTY edisi 2614 (Januari 2016 ).
Wuku sendiri adalah bagian dari siklus perjalanan waktu dalam penanggalan Jawa. Yang mana dalam satu kali masa edar memakan waktu 30 pekan, atau sekitar 210 hari. Artinya bahwa wuku akan berganti tiap pekan, yang mana akan mengikuti siklus dan kembali lagi ke wuku semula setelah 210 hari.
Nama-nama wuku sendiri didasarkan pada nama-nama putra dari Prabu Watugunung yang beristri Sinta. Sosok Prabu Watugunung adalah nama yang hidup di dunia pewayangan. Yang mana dari pernikahan pasangan ini, dikaruniai 28 orang anak. Sehingga bila dijumlahkan, total ada 30 nama yang mewakili nama wuku.
Nama-nama wuku itu antara lain Sinta, Landep, Wukir, Kurantil, Tolu, Gumbreg, Warigalit, Warigagung, Julungwangi, Sungsang, Galungan, Kuningan, Langkir, Mandasiya, Julungpujut, Pahang, Kuruwelut, Marakeh, Tambir, Madangkungan, Maktal, Wuye, Manahil, Prangbakat, Bala, Wugu, Wayang, Kulawu, Dukut, dan terakhir Watugunung.
Pawukon Kehidupan
Wuku Sinta sendiri adalah wuku yang beredar mulai hari Minggu Pahing sampai Sabtu Pon. Dalam peredaran wuku ini, petaka diyakini ada di Timur Laut menghadap selatan. Sehingga orang-orang Wuku Sinta dianjurkan untuk tidak melakukan kegiatan di arah tersebut, saat peredaran wuku ini. Dan satu hal yang perlu dicatat adalah, orang-orang Wuku Sinta akan cenderung mendapatkan musibah dan bahkan menemui ajal, saat melakukan sebuah perjalanan. Sehingga bisa jadi orang-orang Wuku Sinta kemungkinan akan meninggal dalam sebuah tragedi kecelakaan.
Wuku Landep beredar hari Minggu Wage sampai Sabtu Kliwon. Arah petaka wuku ini berada di Barat menghadap ke timur. Sedangkan jalan petaka yang kemungkinan akan dihadapi, hingga bisa mengantar orang-orang Wuku Landep menemui ajal adalah saat dia kejatuhan kayu atau pohon. Itu artinya bahwa ada kemungkinan bahwa orang-orang wuku ini akan meninggal dalam sebuah peristiwa pohon tumbang yang menimpa dirinya.
Wuku Wukir beredar mulai hari Minggu Legi sampai Sabtu Pahing. Dalam wuku ini, arah petaka dan kesialan berada di Tenggara menghadap ke Barat. Sedangkan saat sial yang kemungkinan akan dihadapi adalah saat dia difitnah. Artinya bahwa orang-orang Wukir akan rentan mendapat fitnah, yang pada akhirnya bisa menghancurkan kehidupannya, termasuk mendekatkan ajalnya.
Wuku Kurantil beredar hari Minggu Pon sampai Sabtu Wage. Dalam masa edar wuku ini, arah celaka berada di bawah menghadap ke atas. Karena itulah orang-orang Wuku Kurantil dianjurkan untuk tidak melakukan aktifitas yang membuatnya harus memanjat di ketinggian. Sebab pada saat itu, petaka akan membayanginya, yang bukan tidak mungkin akan mengantarnya menemui ajal.
Wuku Tolu peredarannya mulai hari Minggu Kliwon sampai Sabtu Legi. Dalam masa peredaran wuku ini, arah petaka berada Barat laut menghadap Tenggara. Sedangkan saat-saat rawan yang akan dihadapi adalah saat melakukan kontak dengan benda-benda yang runcing. Sebab hal itu diyakini bisa menyebabkan terjadinya kecelakaan yang merenggut nyawanya.
Wuku Gumbreg peredarannya mulai hari Minggu Pahing sampai Sabtu Pon. Arah celaka dari peredaran wuku ini berada di Selatan menghadap Utara. Dan satu hal yang harus diingat oleh pemilik wuku ini adalah, hendaknya senantiasa berhati-hati saat bermain air. Sebab kemungkinan besar, unsur air inilah yang akan membawa orang-orang Wuku Gumbreg menemui ajal, yang dalam hal ini adalah tenggelam.
Wuku Warigalit beredar dari hari Minggu Wage sampai Sabtu Kliwon. Arah petaka dari wuku ini berada di atas menghadap ke bawah. Yang mana hal ini akan cenderung membawa orang-orang Wuku Warigalit akan celaka saat tersangkut sebuah perkara atau kasus hukum. Artinya bila dia tersangkut masalah hukum, maka orang-orang Wuku Warigalit akan cenderung susah untuk lepas. Dan bukan tidak mungkin bisa mengantarnya menghadapi vonis hukuman mati atau juga kecelakaan saat mencoba lari dari masalah itu.
“Musibah yang bisa muncul saat seseorang tersangkut masalah hukum di antaranya adalah vonis hukuman mati atau ditembak karena berusaha melarikan diri. Dan hal ini bisa saja terjadi pada orang-orang yang memiliki wuku Warigalit,” ungkap Empu Totok.
Kitab Pawukon |
Wuku Warigagung berjalan mulai hari Minggu Legi sampai Sabtu Pahing. Dalam peredaran wuku ini, arah celaka berada di Utara menghadap Selatan. Dan orang-orang Wuku Warigagung biasanya akan cenderung mengalami masalah yang besar saat dikhianati oleh orang-orang terdekatnya. Artinya bila sampai dikhianati oleh sahabat ataau orang terdekatnya, maka hal itu akan mengantarkannya dalam kehancuran. Yang bukan tidak mungkin akan berujung pada kematian.
Wuku Julungwangi, dimulai dari hari Minggu Pon sampai Sabtu Wage. Pada peredaran wuku ini, arah celaka berada di Barat Daya menghadap ke Timur. Dan kecenderungan petaka yang akan dihadapi orang-orang Julungwangi adalah saat dia dicakar oleh binatang bertaring. Artinya ada kemungkinan orang-orang Julungwangi mengalami kecelakaan karena diserang binatang buas. Hingga akhirnya menemui ajalnya.
Wuku Sungsang, berlaku dari hari Minggu Kliwon sampai Sabtu Legi. Pada peredaran wuku ini arah celaka berada di Timur menghadap ke Barat. Namun orang-orang wuku Sungsang akan cenderung menghadapi masalah saat bermain-main dengan besi. Dan untuk hal yang satu ini, ada banyak hal yang bisa diprediksi terkait datangnya ajal orang berwuku Sungsang. Bisa jadi dia mengalami kecelakaan ditabrak mobil, atau bisa juga karena mengalami benturan dengan besi.
Wuku Galungan, beredar dari hari Minggu Pahing sampai Sabtu Pon. Dalam peredaran wuku ini, arah celaka berada di Timur Laut menghadap Barat Daya. Dan orang-orang Galungan akan cenderung mendapat malapetaka saat dia berkelahi. Artinya bukan tidak mungkin dalam peristiwa tersebut, dia akan kehilangan nyawanya.
Wuku Kuningan, dimulai dari hari Minggu Wage sampai Sabtu Kliwon. Dalam peredarannya, arah petaka berada di Barat menghadap ke timur. Dan orang-orang Wuku Kuningan akan cenderung celaka saat dia sedang berhadapan dnegan orang yang marah terhadap dirinya. Karena saat orang yang dihadapinya benar-benar mengamuk, bukan tidak mungkin hal itu bisa mengantarnya menemui ajal.
Wuku Langkir, beredar hari Minggu Legi sampai Sabtu Pahing. Dalam peredarannya, arah celaka berada di Tenggara menghadap Barat Laut. Dan orang-orang yang memiliki wuku Langkir akan cenderung celaka saat dia mengalami kecurian dan berkelahi. Banyak di antara mereka yang akhirnya harus kehilangan nyawa saat mengalami kejadian itu.
Wuku Mandasiya, peredarannya dimulai pada hari Minggu Pon sampai Sabtu Wage. Dalam peredaran wuku ini, arah petaka berada di bawah menghadap ke atas. Karena itulah orang Mandasiya dianjurkan untuk tidak memanjat di ketinggian selama peredaran wuku ini. Selain itu, orang Mandasiya akan cenderung mengalami celaka saat terkena taring dan dalam hal ini bisa diartikan tergigit binatang buas.
Wuku Julungpujud, berlaku hari Minggu Kliwon sampai Sabtu Legi. Pada peredaran wuku ini, arah petaka berada di Barat Laut menghadap Tenggara. Dan orang-orang Julungpujut, akan cenderung menjadi sasaran tenung atau santet. Karenanya, biasanya orang-orang wuku ini juga meninggal karena serangan gaib tersebut.
Wuku Pahang berjalan dari hari Minggu Pahing sampai Sabtu Pon. Petaka pada peredaran wuku ini berada di Selatan menghadap Utara. Dan orang-orang yang berwuku Pahang, akan cenderung celaka dan bahkan menemui ajal saat mengalami penganiayaan.
Wuku Kuruwelut beredar mulai hari Minggu Wage sampai Sabtu Kliwon. Dalam peredarannya, petaka berada di atas menghadap ke bawah. Dan orang-orang berwuku Kuruwelut banyak yang menemui ajal karena peluru. Itu artinya dia mati karena tertembak, baik itu dalam peperangan ataupun karena peristiwa kriminal. Tapi tidak menutup kemungkinan pula karena faktor kecelakaan.
“Terkena peluru memang bisa dimaknai dalam banyak hal. Bisa karena konflik bersenjata di medan perang, bisa juga karena jadi korban tindak kriminal, tapi bisa juga tertembak karena sebagai pelaku kriminal. Dan juga tidak tertutup kemungkinan karena faktor kecelakaan akibat peluru nyasar. Yang pasti orang-orang Kuruwelut akan cenderung meninggal karena terkena peluru,” imbuh dosen mata kuliah Pawukon di Institut Seni Indonesia Surakarta, Jawa Tengah ini.
Wuku Marakeh berjalan mulai hari Minggu Legi sampai Sabtu Pahing. Dalam perjalanan wuku ini, arah petaka berada di Utara menghadap Selatan. Dan ada kecenderungan bahwa para pemilik wuku ini akan menemui ajal saat mengalami penganiayaan.
Wuku Tambir, beredar mulai hari Minggu Pon sampai Sabtu Wage. Arah petaka darlam peredaran wuku ini berada di Barat daya menghadap Timur Laut. Dan para pemilik wuku ini akan menghadapi masalah besar yang bisa mengancam jiwanya, saat mendapatkan fitnah. Bila hal ini sapai dialami, maka diyakini ajalnya akan segera tiba.
Wuku Madangkungan, beredar mulai hari Minggu Kliwon sampai Sabtu Legi. Dalam peredaran wuku ini, arah petaka berada di Timur menghadap ke Barat. Disarankan untuk tidak menuju ke arah itu. Dan orang-orang Madangkungan diyakini akan cenderung mengalami peristiwa pembunuhan di malam hari. Hal itu bisa dipengaruhi oleh banyak hal, baik karena konflik ataupun korban tindak kriminal.
Wuku Maktal, beredar dari hari Minggu Pahing sampai hari Sabtu Pon. Dalam peredaran wuku ini, arah petaka berada di Timur Laut menghadap Barat Daya. Dan orang-orang Maktal biasanya akan cenderung kehilangan nyawa saat dia berkelahi. Sehingga sebisa mungkin menghindari masalah yang bisa membawanya pada kondisi itu.
Wuku Wuye, beredar mulai hari Minggu Wage sampai hari Sabtu Kliwon. Arah petaka dalam peredaran wuku ini berada di Barat menghadap ke Timur. Berbeda dengan pemilik wuku lainnya, orang-orang wuku Wuye tidak tercatat memiliki saat di mana dia akan mengalami celaka. Sehingga bisa dimaknai bahwa orang-orang wuku Wuye akan cenderung meninggal secara wajar.
Wuku Manail, beredar pada hari Minggu Legi sampai hari Sabtu Pahing. Arah petaka dalam perjalanan wuku ini berada di Tenggara menghadap Barat laut. Sedangkan kecenderungan celaka yang akan dialami orang-orang manail adalah saat terkena besi. Dalam hal ini makna terkena besi memang bisa ditafsirkan dalam banyak hal, baik itu kecelakaan ataupun terbunuh dalam konflik.
Wuku Prangbakat, beredar pada hari Minggu Pon sampai hari Sabtu Wage. Petaka dalam peredaran wuku ini berada di bawah menghadap ke atas. Sehingga kecenderungan celaka yang dihadapi pemilik wuku ini adalah saat mereka memanjat di ketinggian.
Wuku Bala, beredar dari hari Minggu Kliwon sampai hari Sabtu Legi. Dalam peredaran wuku ini, arah petaka berada di Barat Laut menghadap Tenggara. Dan pemilik wuku Bala biasanya akan cenderung menjadi korban tenung atau serangan racun. Sehingga bila dia ditenung atau diracun, maka sulit baginya untuk bisa selamat.
Wuku Wugu, berjalan mulai hari Minggu Pahing sampai Sabtu Pon. Arah petaka dalam peredaran wuku ini berada di Selatan menghadap Utara. Dan ada kecenderungan bahwa pemilik wuku ini akan mengalami masalah besar saat terkena racun. Baik itu dalam kondisi sengaja, seperti upaya pembunuhan ataupun tidak sengaja.
Wuku Wayang, beredar mulai hari Minggu Wage sampai hari Sabtu Kliwon. Dalam peredaran wuku ini arah petaka berada di atas menghadap ke bawah. Yang unik dari pemilik wuku ini, dia bisa celaka dan kehilangan nyawa saat ada orang yang berniat membunuhnya. Artinya niatan itu bisa dengan mudah langsung terlaksana, sehingga pemilik wuku inipun pasti akan kehilangan nyawa.
Wuku Kulawu, beredar mulai hari Minggu Legi sampai hari Sabtu Pahing. Dalam peredaran wuku ini, arah petaka berada di Utara menghadap ke Selatan. Dan orang-orang Kulawu akan cenderung mudah celaka saat terkena racun ataupun terkena gigitan ular.
Wuku Dukut, berjalan mulai hari Minggu Pon sampai hari Sabtu Wage. Pada peredaran wuku ini, arah petaka berada di Barat Daya menghadap Timur Laut. Dan umumnya orang-orang wuku Dukut, akan cenderung mengalami celaka saat dia masuk ke medan perang. Artinya dia cenderung mudah jadi korban dan kehilangan nyawa, saat harus terjun ke medan perang.
Wuku Watugunung, beredar mulai hari Minggu Kliwon sampai hari Sabtu Legi. Peredaran wuku ini menempatkan arah petaka di Timur menghadap ke Barat. Dan orang-orang yang berwuku ini akan cenderung celaka dan terancam jiwanya saat mengalami penganiayaan.
Dari gambaran tersebut, sedikit banyak bisa dijadikan acuan untuk langkah antisipasi, agar musibah tidak sampai menimpa diri kita. Walaupun takdir di tangan Tuhan, bukan tidak mungkin hal-hal yang tergambar dalam penjelasan tentang wuku tersebut, bisa terjadi pada seseorang yang memiliki wuku tertentu.
“Saya tidak mengatakan bahwa orang yang memiliki wuku tertentu, pasti akan mengalami takdir kematian seperti yang dijelaskan pada wuku tersebut. Karena tentu banyak dinamika yang terjadi dalam kehidupan seseorang, yang memungkinkannya mengalami berbagai hal yang lebih komplek. Tapi saya menyebut bahwa ada kecenderungan gambaran yang ada dalam wuku tersebut, bisa menimpa orang yang terlahir pada wuku itu, meski tidak seratus persen,” pungkas Empu Totok. //rad