Beratnya tantangan di masa yang akan datang, menuntut dunia pendidikan untuk mempersiapkan kurikulum yang tepat. Agar para siswa siap bersaing di dunia kerja
WARTAJOGLO, Karanganyar - Memasuki revolusi industri 4.0, akan banyak tantangan yang dihadapi masyarakat ke depan. Terutama para siswa di sekolah. Karena hal itu akan menyangkut nasib mereka saat lulus nantinya.
Kurikulum yang tepat tentu menjadi hal mendasar yang harus diperhatikan oleh pihak sekolah. Sebab kurikulum ini berkaitan dengan bekal kompetensi yang diberikan kepada para siswa, untuk menghadapi tantangan saat mereka lulus dan mencari pekerjaan.
Kurikulum yang baik tentunya adalah kurikulum yang mendekati dunia usaha dan dunia industri. Karena saat kurikulum seperti itu diterapkan, maka lulusan dari sebuah jenjang pendidikan bisa langsung diterima, menurut peraturan yang berlaku tanpa terlalu lama mejalani masa trainning.
Hal ini disampaikan oleh Bambang Eka Purnama dari Universitas Bina Sarana Informatika (BSI) Surakarta, yang menjadi salah satu pembicara dalam acara Workshop Sinkronisasi dan Pengembangan Kurikulum, yang digelar di SMKN 1 Matesih, Kabupaten Karanganyar, pada Kamus (23/1) siang. Acara workshop ini sendiri akan berlangsung hingga hari Minggu 26 Januari 2020. Di mana akan dihadirkan beberapa pengisi materi yang lain, untuk membahas tentang persiapan menghadapi tantangan revolusi industri 4.0.
Bambang Eka Purnama saat menyampaikan materi dalam workshop |
"Ke depan akan ada banyak pekerjaan yang tidak diminati lagi atau bahkan hilang nantinya. Pekerjaan ini akan musnah karena tergantikan oleh Artifficial Intelegence dan Machine learning. Dengan begitu peran manusia akan dipersempit. Sehingga hanya orang-orang dengan tertentu saja yang akan bertahan," jelas Bambang.
Bambang juga menambahkan bahwa pada revolusi industri 4.0, akan muncul juga pekerjaan baru yang sebelumnya tidak ada atau modifikasinya. Pada era ini pekerjaan detailer, analyzer dan marketing akan mendominasi.
"Kalau kita berkaca pada negara tetangga Singapura. Maka bisa ditelaah, bahwa Singapura tidak punya resource sama sekali. Namun kenapa menjadi maju? Jawabannya adalah karena negara tersebut menjadi broker dan menguatkan potensi marketing, sehingga menjadi kuat," lanjutnya.
Karena itulah Bambang menyarankan agar potensi lokal Matesih harus diberdayakan. Dengan mengangkat potensi ini, maka sekolah akan menjadi banyak karya, yang akan memperbanyak koleksi prestasi di Indonesia.
"Dengan membarter karya siswa dengan portofolio, maka siswa akan terampil memprofil objek wisata, kekayaan alam, kulineran dan potensi lainnya di Matesih. Karya inilah yang akan diperhitungkan banyak mata, tanpa mengeluarkan banyak biaya. Media sosial yang banyak digunakan untuk keperluan yang kurang bermanfaat harus di balik menjadi kelebihan. Dan digunakan untuk membranding produk UMKM, serta potensi Matesih termasuk SMKN 1 Matesih," ungkapnya.
Sementara Kepala SMKN 1 Matesih, Drs. Sih Warno, M.Pd merasa optimis dengan paparan Bambang. Yang menurutnya akan bisa menguatkan para guru, untuk mendidik siswa mengeksplore potensi Matesih menjadi lebih baik.
"Kita semua berharap kurikulum nantinya harus berpihak pada dunia industri dan masyarakat. Agar lulusan SMKN 1 Matesih bisa cepat diterima bekerja, atau mampu menciptakan lapangan kerja," ujar Sih Warno. //lis